Kasus BPKB Mokas Purwokerto

Berawal dari kepercayaan, banyak rekan di dunia mobil bekas (mokas) terjebak dalam praktik yang terlihat seperti kerja sama share profit namun ternyata bermasalah. Kepala cabang sebuah lembaga keuangan di Purwokerto, yang seolah ingin membantu lewat dana talang usaha, justru menggunakan BPKB mobil para korban untuk dicairkan atas nama pribadi atau jaringan tertentu. Janjinya sederhana: setelah jatuh tempo, dana akan dikembalikan dan keuntungan dibagi. Namun kenyataannya, saat jatuh tempo tiba, BPKB tak kunjung dilunasi.
Awalnya semua tampak lancar. Para pelaku meyakinkan banyak orang lewat pendekatan personal, bahkan beberapa korban adalah sahabat dan kolega yang sudah lama saling kenal. Tapi perlahan, satu per satu mulai menyadari ada yang tidak beres. Tanda-tanda seperti janji pembayaran yang molor, alasan administrasi yang berlarut, hingga komunikasi yang sulit dihubungi mulai muncul. Hingga akhirnya, ada kejadian lebih parah — kolektor menghadang korban di jalan, menagih kendaraan yang sebenarnya masih digunakan dengan legalitas yang seharusnya aman.
Situasi ini kini sudah menjadi buah bibir di kalangan pebisnis mokas Purwokerto. Total kerugian disebut sudah mencapai miliaran rupiah, dan laporan telah diajukan ke pihak berwajib, namun hingga kini belum ada eksekusi nyata. Banyak yang masih menunggu kejelasan, sementara pelaku utama disebut masih berkeliaran dengan tenang. Hal ini menimbulkan keresahan, bukan hanya bagi para korban, tetapi juga bagi ekosistem jual beli mobil bekas yang selama ini dibangun atas dasar kepercayaan.
Jadi, buat sobat mokas, hati-hati ya. Jangan mudah tergiur dengan tawaran “bagi hasil cepat” atau “jaminan aman” yang tidak jelas legalitasnya. Pastikan semua transaksi tercatat resmi, dan jangan serahkan dokumen berharga seperti BPKB sebelum ada kepastian hukum yang kuat. Kadang, yang terlihat seperti peluang besar justru bisa jadi jerat halus yang menghancurkan kepercayaan dan mata pencaharian kita sendiri.
