Nasional

Hilman Latief: Si Akademisi Filantropi yang Memicu Revolusi Layanan Haji dan Umrah

Di tengah perdebatan soal tata kelola ibadah haji dan umrah, satu nama muncul sebagai magnet perubahan: Prof. Dr. Hilman Latief, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama. Ia bukan sekadar birokrat—akademisi Muhammadiyah ini membawa transformasi nyata dalam penyelenggaraan ibadah umat. Siapa Hilman Latief, bagaimana jejak hidupnya, dan inovasi apa yang telah ia lakukan sebagai Dirjen PHU? Berikut profil lengkapnya:

  1. Riwayat Pendidikan
  2. SMP-SMA di Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah, Garut.
  3. S1: IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, jurusan Studi Islam, lulus tahun 1999.
  4. S2: Dua gelar Magister. Pertama dari Universitas Gadjah Mada (Kajian Agama dan Lintas Budaya), dan kedua dari Western Michigan University, Amerika Serikat (Comparative Religion). Lulus masing-masing sekitar 2002 dan 2005.
  5. S3 / Doktor: Utrecht University, Belanda, selesai tahun 2012. Kemudian melakukan post‐doctoral / penelitian di KITLV Leiden.
  • Riwayat Pekerjaan & Organisasi
  • Sebagai akademisi/pengajar: Hilman adalah guru besar di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), khususnya dalam bidang Politik Islam / Studi Islam dan terutama kajian filantropi Islam.
  • Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan AIK UMY.
  • Aktif di Muhammadiyah: Ketua Badan Pengurus Lazismu PP Muhammadiyah. Sebelumnya aktif di Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM / IPM) sebagai Ketua I periode 1998‐2000, pengembangan kegiatan seperti Forum Taaruf dan Orientasi Siswa (Fortasi) lahir di masa itu.
  • Jabatan Dirjen PHU Kementerian Agama: Hilman dilantik sebagai Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah pada 1 Oktober 2021. Dilantik atas dasar seleksi Jabatan Pimpinan Tinggi Madya non‐PNS, melalui proses asesmen kompetensi, wawancara, dan penulisan makalah.
  • Dilantik kembali sebagai Dirjen PHU dalam pelantikan pejabat Eselon I Kemenag pada Januari 2025.
  • Inovasi & Terobosan sebagai Dirjen PHU

Sebagai Dirjen, Hilman Latief tak hanya mempertahankan prosedur lama; dia mendorong perubahan-perubahan yang cukup mendasar dalam penyelenggaraan haji dan umrah. Beberapa inovasi penting antara lain:

Hajj Command Center (HCC) & Aplikasi “Satu Haji”

Pada Mei 2025, Hilman meresmikan HCC dan aplikasi Satu Haji. HCC adalah pusat kendali terpadu yang memantau operasi haji secara real time: data jemaah, pelunasan, penggunaan kuota, open seat, pergerakan jemaah, laporan sakit/wafat, dan sebagainya. Aplikasi Satu Haji mengintegrasikan aplikasi lama (Haji Pintar, Umrah Cerdas) agar semuanya bisa diakses lewat satu platform terpadu, memudahkan calon jemaah mengetahui status, tahapan, melaporkan keluhan, dan akses informasi.

Terobosan “Tiga Terbuka, Terjangkau, Kompetitif” pada Haji 2025

  • Terbuka: transparansi dalam seleksi, data, nama jemaah khusus yang melunasi diumumkan.
  • Terjangkau: menekan biaya rata-rata haji (BPIH) sementara tetap menjaga kualitas layanan seperti makanan sebanyak tiga kali sehari selama di Makkah, dan aspek‐aspek akomodasi.
  • Kompetitif: membuka layanan di Arab Saudi lewat skema multi syarikah, bukan hanya satu penyedia tunggal. Dengan kompetisi, diharapkan layanan menjadi lebih baik dan efisien.

Peningkatan Asrama Haji dan Penghargaan Pelayanan

Asrama Haji Embarkasi (terutama Aceh, Makassar, Lombok dan lainnya) diberi penghargaan sebagai bentuk pengakuan terhadap inovasi, kualitas layanan, kenyamanan, kebersihan, kesehatan lingkungan, dan kepuasan jemaah. Penghargaan ini bukan sekadar simbol; dijadikan tolok ukur dan dorongan agar setiap unit embarkasi meningkat dari tahun ke tahun.

Kolaborasi dengan Ormas dan Ulama dalam Forum Kebijakan Haji

Untuk memastikan kebijakan tidak semata administratif, Hilman menggandeng PBNU dan organisasi Islam lainnya melalui forum-forum seperti “Mudzakarah Perhajian” dan merespons masukan terkait kondisi Arab Saudi dan dinamika pelaksanaan haji terkini. Hal ini mencerminkan upaya partisipatif dalam pengambilan kebijakan.

Inovasi‐inovasi ini menandai suatu reformasi sistemik bukan hanya kosmetik. Dengan digitalisasi layanan dan transparansi, kepercayaan publik terhadap penyelenggaraan haji bertambah. Dengan kontrol data real time, open seat, dan multi syarikah, risiko monopoli atau ketidakadilan bisa dikurangi. Namun, tantangan tetap ada: infrastruktur di embarkasi, kesiapan SDM, koordinasi lintas lembaga, serta adaptasi masyarakat terhadap sistem baru.

Hilman Latief membuktikan bahwa seorang akademisi yang kuat dalam teori bisa juga menjadi praktisi yang mendorong perubahan nyata. Dengan rekam jejak pendidikan internasional, pengalaman civile-organisasi di Muhammadiyah, dan kapasitas manajerial di UMY, ia tampaknya mampu menjembatani tuntutan keilmuan dan kebutuhan umat. Perubahan yang dia inisiasi di PHU membuktikan bahwa pelayanan ibadah besar seperti haji dan umrah tidak harus selalu sama, dan bahwa inovasi dalam birokrasi keagamaan sangat mungkin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *