Pendidikan

Diduga Menjadi Korban Perundungan (Bullying) Siswa SMP Negeri 1 di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan Meninggal Dunia

Tragedi memilukan kembali mengguncang dunia pendidikan Indonesia. Seorang siswa SMP Negeri 1 di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan, berinisial AB, kelas VII, meninggal dunia pada Sabtu (11/10/2025) setelah diduga menjadi korban perundungan (bullying) di lingkungan sekolahnya sendiri.

Peristiwa itu bermula ketika AB tiba-tiba pingsan di jam pelajaran. Rekan-rekan dan pihak sekolah segera membawanya ke Puskesmas Geyer, namun nyawanya tak tertolong. Jenazah AB kemudian dirujuk ke RSUD Dr. Soejadti Purwodadi untuk dilakukan autopsi guna mengungkap penyebab pasti kematiannya.

Kasat Reskrim Polres Grobogan, AKP Rizky Ari Budianto, membenarkan adanya kejadian tersebut. Ia menyatakan bahwa kepolisian tengah mengumpulkan keterangan dari para saksi, baik guru maupun siswa, untuk menelusuri dugaan adanya kekerasan dan perundungan yang dialami korban sebelum meninggal.

Keluarga korban masih diliputi duka mendalam. Pujio, paman korban, mengungkapkan bahwa AB sering mengeluh sakit di dada dan kepala beberapa waktu terakhir. Dalam pengakuannya, AB juga mengaku sering diejek, dibully, dan mendapat perlakuan kasar dari teman-temannya di sekolah. AB adalah anak sulung dari dua bersaudara, putra pasangan Salendra dan Ike, warga Dusun Muneng, Desa Ledok Dawan, Kecamatan Geyer.

Kematian AB menjadi tamparan keras bagi dunia pendidikan dan bagi kita semua. Sekolah, yang seharusnya menjadi ruang aman untuk tumbuh, belajar, dan berprestasi, justru berubah menjadi tempat yang menorehkan luka mendalam bagi seorang anak. Tidak ada alasan yang bisa membenarkan perundungan—tidak dalam bentuk olok-olok, kekerasan fisik, maupun tekanan sosial.

Kita berduka, tapi duka saja tidak cukup. Perundungan adalah kejahatan sosial yang harus dihentikan. Setiap anak berhak merasa aman di sekolah. Sudah saatnya seluruh pihak—guru, orang tua, pemerintah, dan siswa sendiri—bersatu menumbuhkan budaya empati, menghentikan diamnya penonton, dan memastikan tidak ada lagi AB-AB lain yang menjadi korban di ruang belajar kita.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *