Artis Berbondong-Bondong Jadi “Pembantu” Prabowo Ini Saran Untuk Mereka

Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka kembali menyedot perhatian publik. Bukan hanya karena gebrakan kebijakan di empat bulan awal pemerintahannya, melainkan juga lantaran deretan artis, musisi, hingga influencer papan atas yang dipercaya menempati kursi strategis negara. Fenomena ini memicu pro-kontra: apakah langkah ini strategi mendekatkan pemerintah dengan rakyat, atau sekadar pencitraan politik?
Siapa Saja Artis di Lingkar Kekuasaan Prabowo?
Beberapa nama besar sudah resmi mendapat jabatan penting:
- Giring Ganesha (Nidji): Kini menjabat Wakil Menteri Kebudayaan mendampingi Fadli Zon. Rekam jejaknya sebagai musisi dan mantan Ketua Umum PSI dinilai memberi warna unik bagi kebijakan kebudayaan.
- Raffi Ahmad: Dilantik sebagai Utusan Khusus Presiden untuk Generasi Muda dan Pekerja Seni. Meski sempat tersandung kontroversi mobil dinas RI 36, Sultan Andara ini berjanji menghadirkan event rutin untuk pekerja seni dan anak muda.
- Deddy Corbuzier: Resmi masuk Kementerian Pertahanan sebagai Staf Khusus Menhan Sjafrie Sjamsoeddin. Dari duta Komcad, kini Deddy diharapkan membawa narasi segar dalam komunikasi pertahanan.
- Raline Shah: Aktris ini menjadi Staf Khusus Menkomdigi bidang Kemitraan Global dan Edukasi Digital. Jejaring globalnya disebut mampu mengangkat citra digital Indonesia.
- Ifan Seventeen: Vokalis band Seventeen diangkat sebagai Direktur Utama Produksi Film Negara (PFN). Ia kerap mengungkap kekagumannya pada Prabowo.
- Yovie Widianto: Musisi legendaris dipercaya sebagai Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Kreatif, membawa pengalaman lebih dari 40 tahun di industri musik.
- Zita Anjani: Putri Zulkifli Hasan ini menjadi Utusan Khusus Presiden Bidang Pariwisata. Latar belakangnya di politik Jakarta kini diuji dalam memajukan pariwisata nasional.
Tak hanya mereka, ada pula influencer dan figur digital seperti Rudi Sutanto yang masuk lingkar Kementerian Komunikasi dan Digital, meski penunjukannya sempat menuai kontroversi publik.
Fenomena Baru: Dari Spotlight ke Politik
Masuknya artis ke dalam lingkaran kekuasaan memang bukan hal baru. Namun, di era Prabowo-Gibran, jumlahnya terlihat semakin signifikan. Publik menilai strategi ini sebagai langkah politik populis, untuk merangkul generasi muda dan memanfaatkan pengaruh besar selebritas di era digital.
Di sisi lain, kritik juga muncul: apakah popularitas cukup sebagai modal mengurus urusan negara? Tantangan ke depan jelas berat, karena jabatan yang diemban bukan sekadar simbolis, melainkan menuntut kompetensi, integritas, dan tanggung jawab besar.
Saran untuk Para Artis di Lingkaran Prabowo
Pertama adalah tunjukkan kinerja nyata karena popularitas hanyalah tiket masuk, tapi yang akan dinilai rakyat adalah hasil kerja.
Kedua, belajar cepat memahami birokrasi. Dunia hiburan berbeda jauh dengan jalur pemerintahan. Adaptasi cepat adalah kunci.
Ketiga, gunakan pengaruh untuk hal positif. Dengan jutaan pengikut, mereka bisa jadi corong edukasi publik, bukan sekadar pencitraan.
Keempat adalah para pejabat artis harus menghindari kontroversi pribadi. Setiap tindakan personal kini akan dikaitkan dengan jabatan publik yang diemban.
Terakhir adalah menjalin kolaborasi dengan profesional. Jangan ragu bekerja sama dengan akademisi, birokrat, dan ahli untuk memperkuat kebijakan.
Transformasi artis menjadi pejabat negara di era Prabowo adalah eksperimen politik yang penuh risiko sekaligus peluang. Jika mereka mampu membuktikan diri, fenomena ini bisa mencetak sejarah baru kolaborasi hiburan dan politik. Namun, jika gagal, kritik publik bisa semakin keras dan justru merugikan pemerintahan itu sendiri.
